Dalam sejarah Islam, kita tidak asing dengan istilah ‘am al-huzn
atau yang disebut juga dengan tahun dukacita yang terjadi pada tahun ke-10
hijriah.. Istilah tersebut merupakan representasi dari serangkaian peristiwa
kesedihan yang dialami oleh baginda Rasulullah Saw. Pada tahun tersebut, dua
orang yang sangat dicintai Rasul, diambil oleh Allah Swt. Keduanya adalah paman
beliau yang bernama Abu Thalib dan istri beliau tercinta Siti Khadijah.
Keduanya mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam mengawal dakwah Nabi selama
berada di Kota Mekah waktu itu.
Abu Thalib misalnya, merupakan pribadi yang sangat menyayangi Nabi
Saw. Pada saat beliau berumur delapan tahun atau setelah ditinggal wafat oleh
ibu dan kakeknya, maka Abu Thaliblah orang yang merawat Nabi dan membantu
perjuangan dakwahnya. Abu Thalib sangat menyayangi Nabi melebihi sayangnya
kepada anak-anaknya sendiri. Dan berkat Abu Thalib jugalah Nabi Muhammad Saw
bisa mendapatkan jaminan keselamatan dalam menyebarkan agama Islam selama
berada di Mekah, karena ia merupakan salah seorang pembesar Quraisy yang sangat
terpandang dan disegani.
Begitu juga dengan Khadijah, istri Nabi yang sangat beliau cintai
dan diapun sangat mencintai Nabi. Dialah perempuan pertama yang mempercayai
kenabian Nabi Muhammad dan dia jugalah orang yang menenangkan Nabi ketika
beliau sedang berkeluh kesah dalam menghadapi beratnya perjuangan dakwah. Dari Khadijah
Nabi memperoleh banyak keturunan seperti Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan
Fathimah serta anak laki-laki beliau lainnya yang wafat sewaktu masih kecil
yaitu Abdullah dan Qashim.
Ditinggal mati oleh keduanya membuat hati Nabi Muhammad sangat
sedih, namun akhirnya beliau dihibur oleh Allah Swt dengan mengisra’ dan memi’rajkan
beliau tidak lama setelah kejadian tersebut. Satu hal yang bisa dikatakan di
sini adalah bahwa dibalik kesempitan itu pasti ada kelapangan, dibalik dua
kejadian yang menyedihkan Nabi tersimpan sebuah balasan kebahagian yang sangat
besar. Itulah janji Allah dalam surah al-Insyirah yang menyebutkan fainna
ma’a al-‘usri yusran, inna ma’a al-‘usri yusran. Satu kesulitan akan
dibalasi Allah dengan dua kemudahan.
Tidak jauh berbeda dengan ruh cerita di atas, penulis juga
mengalami ujian yang cukup berat di tahun 2013 kemaren. Dua kejadian yang bisa
dikatakan beruntun menimpa keluarga penulis, yaitu ditinggal wafat oleh dua
orang keponakan yang sangat diharapkan menjadi penerus keluarga dan agama. Keduanya
adalah Hafizuddin Munawwir al-Luthfi (berumur 5,5 tahun), keponakan penulis
dari kakak Meri Susanti dan Ronny Putra Chaniago dan Muhammad Naufal Najib (berumur
1 hari), keponakan penulis dari Kakak Mira Wati dan Yusra.
Hafizuddin Munawwir al-Luthfi, merupakan keponakan penulis yang
sangat tanpan dan cerdas. Pada masa kecilnya penulis sempat menjadi “pengasuh”nya
serta bermain bersama disela-sela waktu luang penulis. Lumayan banyak kenangan
yang tak terlupakan bersama Luthfi dan sesuai dengan namanya Luthfi merupakan
anak yang lembut dan berperangai santun, walau sekali-sekali menampakkan
perangai kekanak-kanakannya, namun itu menurut penulis adalah wajar karena ia
baru berumur setahun jagung. Namun apa hendak dikata Allah berencana
lain, dia meninggal dunia pada tanggal 26 April 2013 yang lalu akibat penyakit
alergi kulit akut yang menjangkiti seluruh tubuhnya.
Begitu juga dengan Muhammad Naufal Najib, keponakan kecil penulis
yang hanya berkesempatan merasakan hidup sehari di atas dunia. Satu-satunya kenangan
terbesar penulis dengan Naufal hanyalah ketika nama “Muhammad” yang terdapat di
awal namanya merupakan pemberian penulis setelah sehari sebelum wafatnya,
ibunya meminta usulan nama kepada penulis. Maka penulis usulkan bahwa Muhammad
sebagai bagian awal namanya yang kemudian ditambah dengan Naufal Najib sebagai
nama yang telah dipersiapkan ibunya jauh-jauh hari sebelum kelahirannya. Namun sayang,
Allah juga mengambilnya pada tanggal 3 Desember 2013 kemaren. Ya Allah
tabahkanlah kedua orangtua mereka menghadapi cobaan ini. Amien.!
Dua cobaan ini merupakan ujian mental terbesar buat keluarga
penulis pada tahun 2013 kemaren. Walau sebenarnya dirundung duka yang sangat
mendalam, namun keluarga penulis menerima sepenuhnya takdir ini sembari berdoa
semoga Zat yang Maha Kuasa Allah Swt memberikan ganti yang lebih baik dari apa
yang telah Beliau ambil seperti halnya Nabi Muhammad yang dihadiahi isra’ mi’raj
setelah diuji dengan kematian orang-orang yang beliau cintai. Dan kami
sekeluaga juga berkeyakinan bahwa apapun yang Allah tetapkan untuk kami, maka
itulah yang terbaik bagi kami karena Beliau adalah sebaik-baik Zat Pengatur dan
Penguasa segala sesuatu.
Air
mata kesedihan mengalir deras di pelupuk mata kami semua, namun ini bukan
berarti kami tidak menerima takdir-Mu ya Allah. Engkau telah ambil
anak/cucu/keponakan kami tercinta, Muhammad Naufal Najib pada tanggal 3
Desember 2013 kemaren dan Hafizuddin Munawwir al-Luthfi pada tanggal 26 April
2013 yang lalu. Kami yakin keputusan-Mu ini adalah hal yang terbaik buat kami
semua. Oleh karena itu gantilah apa-apa yang telah Engkau ambil dari kami
dengan sesuatu yang lebih baik dalam wujud dan manfaatnya, serta tanamkanlah
rasa ikhlas yang mendalam di hati kami untuk senantiasa berbaik sangka dalam menerima
takdir-Mu. Jadikan cobaan ini sebagai penebus dosa-dosa yang pernah kami
lakukan terhadap-Mu Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, berikan kesabaran
kepada kami semua. Amien..!!
اللهم اجعلهما فرطا لابويهم وسلفا وذخرا وعظة واعتبارا وشفيعا وثقل بهما موازينهم وأفرغ الصبر علي قلوبهم ولا تفتنهم بعدهما ولا تحرمهم أجرهما. أمين..!!
Segenap cerita sedih tersebut telah berlalu, kini tiba saatnya
untuk memasang target dan rencana-rencana besar masa depan. Sudah waktunya
keluar dari lembah kesedihan dan keterpurukan. Berita-berita bahagia menyambut
riang di depan mata. Ada beberapa rencana besar penulis yang mudah-mudahan
Allah wujudkan di tahun 2014 ini. Di antaranya mengakhiri pendidikan penulis di
bangku strata satu, sekarang penulis tengah menggarap dua risalah sekaligus,
yaitu skripsi yang akan diajukan sebagai syarat kelulusan di Fakultas Dirasat
Islamiyah dan begitu juga di pondok tercinta Darus-Sunnah International
Institute For Hadith Sciences.
Adapun risalah/skripsi penulis di Fakultas Dirasah al-Islamiyah
berjudul Nazhariyyah al-Maqashid al-Syar’iyyah ‘inda Ibn Qayyim
al-Jaudziyyah wa Tathbiquha fi Fahm al-Ahadits al-Nabawiyyah (Konsep
Maqashid Syariah Perspektif Ibn Qayyim al-Jaudziyyah dan Aplikasinya dalam
Memahami Hadis-Hadis Nabi). Sementara itu di Darus-Sunnah takhrij hadis tentang
al-Targhib fi al-Mubadarah bi al-‘Amal (Anjuran untuk Bersegera dalam
Beramal/beribadah). Semoga Allah mudahkan, amien ya rabbal ‘alamin.!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon kritik dan sarannya.!