Sebagai awal pembahasan sebaiknya kita tinjau hukum berqunut dalam mazhab yang 4 yaitu sebagaimana yang tersebut dalam kitab Bidayatul Mujtahid karangan Ibnu Rusd :
1. Menurut Imam Malik qunut pada shalat subuh hukumnya mustahab.
2. Menurut Imam Syafii hukumnya adalah sunnah.
3. Menurut Imam Hanafi qunut pada shalat subuh hukumnya tidak boleh, qunut yang dibolehkan hanya pada shalat witir.
4. Satu golongan mengatakan boleh berqunut pada tiap-tiap shalat.
5. Golongan lain mengatakan tidak ada qunut kecuali pada bulan Ramadhan.
6. Sebagian golongan yang lain mengatakan hanya pada separoh yang kedua dari bulan Ramadhan.
7. Sebagian berpendapat hanya pada separoh yang pertama.
Dalam risalah ini hanya akan dibahas pendapat dari Imam Syafii ra saja. Sekaligus menepis anggapan sebagian golongan yang mengatakan bahwa qunut pada shalat subuh itu adalah bid’ah dan tidak mempunyai dasar dari Nabi SAW. Pada kesempatan ini penulis akan memaparkan sedikit dalil dan kaifiyatul istidlal dari ulama syafiiyyah tentang perkara qunut pada shalat subuh ini.
Menurut mazhab Syafii membaca qunut pada waktu I’tidal rakaat yang kedua shalat subuh itu hukumnya adalah sunnah Ab’ad ( yaitu sunnah yang apabila tertinggal maka sunat ditempel dengan sujud sahwi sebanyak 2 kali sebelum salam ). Hal ini tersebut hampir diseluruh kitab-kitab yang berlatar belakang Syafii seperti Imam Syafi’I sendiri dalam kitab Al-Ummnya, Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu’nya, Imam Jalaluddin Al-Mahalli dalam kitab Al-Mahalli, Syekh Sayyid Bakri Syatha dalam kitab Ia’natut Thalibinnya, Imam Al-Qasim Abdul Karim bin Muhammad Ar-Rafii dalam kitabnya Al-A’ziz syarah Al-Wajiz, Imam Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nihayatuz Zein, dan kitab Bujairimi serta kitab-kitab Syafiiyyah lainnya. Berikut nukilan salah satu diantaranya :
Imam Syafii berkata dalam kitab Al-Ummnya “tidak ada qunut pada shalat yang lima waktu melainkan hanya pada shalat subuh, kecuali jika terjadi bencana, maka boleh pada semua shalat jika imam menyukai”.
Imam Nawawi berkata dalam kitab Al-Majmu’ “dalam Mazhab Syafii disunnahkan qunut pada shalat subuh, baik ketika turun bencana ataupun tidak. Dengan hukum inilah berpegang mayoritas ulama salaf dan orang-orang yang sesudah mereka ataupun kebanyakan dari mereka. Dan diantara yang berpendapat seperti demikian adalah Saidina Abu Bakar, Saidina Umar bin Khattab, Saidina Ustman bin Affan, Saidina Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas, Barra’ bin Azib semoga Allah meredoi mereka semua. Ini diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dengan sanat-sanat yang shahiah.
Dan banyak pula dari golongan tabiin dan yang sesudah mereka berpendapat demikian. Inilah mazhabnya Ibnu Abi Laila, Hasan bin Shalih, Malik dan Daud. ( Majmu’ syarah Muhazzab, jilid 3 halaman 504 ).
Adapun dalil yang berasal dari hadist nabi adalah sebagai berikut :
a. Hadist riwayat Anas dalam Kitab Musnad Baihaqi "telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Musa, dari Abu Ja’far Arrazi, dari Rabi’ dari Ibnu Anas dari Anas bahwasanya Nabi SAW berqunut selama satu bulan penuh memintakan celaka untuk mereka (sebuah suku arab Badui) kemudian beliau meninggalkannya (doa keburukan untuk suku badui bukan Qunut). Maka adapun qunut pada shalat subuh tidak beliau tinggalkan hingga beliau meninggal dunia"
b. Hadist riwayat Muslim dari Anas. Dan juga dalam riwayat Abu Daud, Nasai', Musnad Ahmad bin Hambal, shahiah Ibnu Hibban, dan Sunan Daraqudni “Muhammad bin Mutsanna telah menceritakan kepada kami, ia memperoleh dari Abdurrahman, dari Hisyam, dari Qatadah, dari Anas bahwasanya Rasulullah SAW telah berqunut selama satu bulan penuh memintakan celaka untuk sebuah suku arab Badui, kemudian beliau meninggalkannya ( doa keburukan untuk suku badui bukan qunut )”
Mengenai yang ditinggalkan nabi itu adalah doa keburukan berdasarkan penjelasan beberapa orang ulama diantaranya Imam Nawawi dalam kitab Majmu’, Imam Baihaqi yang beliau riwayatkan dari Abdurrahman bin Madiyyil, dan bahkan penafsiran yang disampaikan oleh Abi Hurairah yang mengatakan “kemudian nabi meninggalkan doa kecelakan bagi mereka’. Berikut nukilan salah satu diantaranya “adapun jawaban atas hadist Anas dan Abi Hurairah dalam menerangkan perkataan nabi “kemudian beliau tinggalkan” bahwa yang dimaksud adalah menghentikan doa mengutuk orang-orang kafir itu dan meninggalkan pelaklanatan terhadap mereka saja, bukan meninggalkan seluruh qunut. Atau maksudnya itu meninggalkan qunut pada selain shalat subuh. Penafsiran seperti ini harus dilakukan karena hadist Anas dalam ucapannya “senantiasa nabi berqunut dalam shalat subuh sehingga beliau meninggal dunia” adalah shahiah lagi jelas, maka wajiblah menggabungkan diantara keduanya”. (Majmu’ syarah Muhazzab, jilid 3 hal 505).
c. Hadist dari Awwam bin Hamzah dalam riwayat Sunan Al-Kubra al-Baihaqi.
“Al-Awwam bin hamzah telah berkata “aku bertanya kepada Abu Ustman tentang qunut pada shalat subuh, ia pun menjawab “setelah ruku’ akupun bertanya kembali “dari siapa engkau dapatkan..?” ia menjawab “dari Abu Bakar, Umar, dan Ustman semoga Allah meredhoi mereka semua. Sanat hadist ini adalah hasan dan Yahya bin Said tidak akan bercerita melainkan dari orang yang tsiqah didekatnya”
d. Hadist dari Abdullah bin Ma'qil at-Thabii' dalam kitab Sunan Al-Kubra al-Baihaqi dari Abdullah bin Ma’qil ia berkata “Saidina Ali qunut pada shalat subuh” perkataan ini shahiah lagi masyhur dari Ali.
e. Hadist dari Abi Rofi' dalam kitab Sunan Al-Kubra al-Baihaqi dari hasan, ia menerima dari Abi Rafi’ bahwasanya Saidina Umar bin Khattab berqunut pada shalat subuh setelah ruku’.
f. Hadist dari Ibnu Sirin dalam kitab shahiah Bukhari dari Muhammad Ibnu Sirin ia berkata “Anas bin Malik pernah ditanya orang “qunutkah Nabi SAW pada shalat subuh..? ia menjawab “iya”. Lalu dikatakan orang kepadanya “apakah beliau qunut sebelum ruku’..?” ia menjawab “setelah ruku dalam waktu yang singkat”
g. Hadist dari Salim dari Ibnu Umar dalam kitab shahiah Bukhari telah mengkhabarkan kepada kami Ma’mar dari az-Zuhri, ia berkata “telah bercerita kepadaku salim dari bapaknya bahwasanya rasulullah SAW apabila bangkit dari ruku’ pada rakaat yang kedua shalat subuh membaca “ya Allah laknatlah olehmu si fulan, dan sifula dan sifulan, yaitu setelah beliau mengucapkan lafazh “Allah mendengar bagi siapa saja yang memujinya, ya tuhan kami untukmu segala pujian” sehingga Allah turunkan ayat surat ali-imran ayat 128. Dan diterima dari Hanzalah bin abi sufyan, aku mendengar salim bin abdillah berkata “adalah rasulullah berdoa melaknati shafwan bin umayyah, suhail bin umar, dan haris bin Hisyam, sehingga turun ayat 128 surat Ali-Imran.
Wallahu A'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon kritik dan sarannya.!