Islam bukan semata-mata diinu al-aqidah wa al-syari’ah. Disamping itu Islam juga diinu al-ilmi wa al-tsaqafah, diinu al-adab wa al-hadhorah, diinu al-taqaddum wa al-Madaniyyah. Inilah yang menyebabkan Islam bisa diterima ditempat manapun, termasuk di bumi Nusantara. Seandainya Islam hanya difahami sebagai diinu al-a’qidah wa al-syariah semata, niscaya tidak banyak manusia yang mau memeluk agama Islam ini”(Said Agil Siradj).
Kutipan diatas cukup menarik untuk dikaji dan dianalisis secara mendalam. Substansinya berkaitan erat dengan wacana yang pernah dilontarkan oleh Sidi Gazalba mengenai kebudayaan. Dia disinyalir pernah menyatakan bahwa Islam tak lebih dari hasil kebudayaan semata sebagaimana halnya seni dan sains. Tak pelak ide Sidi tersebut dikritik oleh Faisal Ismail dalam bukunya “Paradigma Kebudayaan Islam”. Sebaliknya, dia berasumsi perlunya umat Islam membedakan antara Islam dengan kebudayaan yang muncul darinya. Penyamaan keduanya akan berimplikasi terhadap lenyapnya kesakralan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW itu.