Analisis Kritis terhadap Hadis Bolehnya Menyusui Orang Dewasa

Suatu ketika Sahlah binti Suhail mendatangi Nabi SAW seraya berkata “Wahai Rasul, saya merasakan aura kebencian yang timbul dari Abi Hudzaifah ketika Salim (mantan anak angkatnya) lalu lalang menemuiku”. Lantas Nabi menjawab “susuilah dia.!”. Kemudian Sahlah pun bertanya “bagaimana mungkin aku akan menyusuinya, padahal dia adalah seorang laki-laki dewasa.?”. Nabi tersenyum sembari menjawab “aku juga tahu bahwa dia adalah laki-laki dewasa (dalam arti kata lakukan saja apa yang aku katakan.!)”. Maka Sahlah menyusuinya (Salim). (HR. Ibnu Majah).

Galery Guru-guruku

Syukran Lakum Ya Guru-guruku....!!! Allahuma Irhamhum Kullahun fi al-Dunya wa al-Akhirah..!!
Bersama Buya Amhar Zein al-Rasuli, Rais Amm MTI Canduang

Sekilas Mengenai Zaid Bin Haritsah

Abu Usamah atau yang lebih dikenal dengan nama Zaid bin Haritsah bin Syarahil (Abu Ishaq membacanya Syurahbil) merupakan seorang sahabat yang sangat istimewa. Begitu mulianya beliau, sampai-sampai beberapa hukum syariat pun turun berkenaan dengan kisahnya. Sejarah telah mengungkap bahwa, satu-satunya sahabat yang namanya diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an (al-Ahzab ayat 37) adalah Zaid bin Haritsah. Demikian pula, satu-satunya sahabat yang pernah diangkat Rasulullah SAW menjadi anak angkat/mutabanna beliau juga Zaid bin Haritsah, sehingga dia dikenal pada saat itu dengan panggilan Zaid bin Muhammad. Begitu kurang lebih keterangan yang dijelaskan oleh Imam Ibnu Atsir dalam Usdu al-Ghabah-nya.

"Hadza Fikru al-Mu'tazili..!!"


Pada saat mengikuti mata kuliah hadis dengan seorang dosen di kampus tercinta, saya mengalami suatu hal yang tidak biasa. Pada saat itu, secara kebetulan dosen pembimbing mata kuliah tersebut tengah menjelaskan sebuah hadis yang sangat populer dalam Islam. Hadis yang dijadikan landasan dalam keberagamaan umat Islam terkhusus dibidang keimanan dan keislaman mereka. Hadis itu terdapat dalam shahih Bukhari dan Muslim, kemudian dinukil kembali oleh Imam Nawawi dalam kitab Arba’in beliau. Berikut petikan hadis tersebut :

عن أبي عبد الرحمن عبد الله بن عمر بن الخطاب رضي الله تعالى عنهما قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم يقول : بني الإسلام على خمس : شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة وحج البيت وصوم رمضان

“al-Mizan al-Kubra” Solusi Ber-fikih Masa Kini

Nama Buku                 : al-Mizan al-Kubra al-Sya’rani
Pengarang                   : A’bd al-Wahhab al-Sya’rani
Penerbit                       : Darul Kutub al-'Ilmiyyah
Tebal Buku                  : 581 Halaman
Harga Buku                 : 60.000
Jumlah Halaman         : 581 Halaman

Fikih dalam tataran praktisnya, merupakan sebuah ilmu yang bersifat dinamis dan fleksibel sesuai dengan objek dan konteksnya. Hal ini terbukti dengan banyaknya perbedaan pendapat dalam ilmu yang satu ini. Perbedaan itu tidak hanya muncul dari mereka yang berbeda madzhab/lintas madzhab saja, namun juga diantara mereka yang mengaku menganut madzhab yang sama. Seperti halnya Imam Rafi’i dengan Imam Nawawi misalnya, walaupun keduanya sama-sama bermadzhab Syafi’i, namun tidak jarang hasil ijtihad keduanya berbeda dalam berbagai persoalan fikih yang mereka komentari. Bahkan menurut M. Ali Hasan dalam sebuah bukunya mengatakan bahwa Imam Syafi’i sendiri pernah berbeda pendapat dengan dirinya sendiri. Hal itu terbukti dengan munculnya istilah qaul qadim dan qaul jadid beliau.

Saung dan Baso Corner

Sebagai komunitas yang berbasiskan intelektualitas, Saung tengah mencoba untuk mengadakan sebuah transformasi dalam wacana pemikirannya. Pada awal perkembangannya ditahun 2007 yang silam, Saung lebih memfokuskan objek kajiannya terhadap literatur-literatur ushul fiqh lintas madzhab dengan metode pembacaan komparatif dan komprehensif. Berbagai bentuk dan ragam pemikiran ushul fiqh dalam madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali dan bahkan dalam madzhab Syi’i serta Dzahiri telah dikaji dan dikupas secara paripurna olehanak-anak muda Saung yang pada saat itu diketuai oleh saudara Anas Shafwan Khalid. Keputusan menjadikan ushul fiqh sebagai fokus kajian adalah lantaran fungsinya yang sangat urgen dalam proses pengambilan hukum dari nash/ sumber aslinya berupa al-Qur’an dan Sunnah.

Ibadah Qurban dan Kepekaan Sosial

Ibadah kurban perspektif syariat sejatinya telah banyak diulas dan dikaji secara mendalam oleh para ulama fikih klasik maupun kontemporer. Berbagai sudut pandang mazhab pun tidak sedikit juga telah mewarnai tatacara pelaksanaan ibadah yang unik itu. Kalau kita telaah kitab-kitab hadis yang mu’tamad seperti kitab hadis yang enam (kutub al-sittah) misalnya, serta kitab-kitab hadis otentik lainnya, maka hampir sebagian besarnya mencantumkan bab khusus yang mengulas tentang ibadah kurban. Begitu juga halnya dalam kitab-kitab fikih (baik madzhab maupun muqaranah), sangat banyak ditemukan keterangan dan penjelasan secara komprehensif mengenai ibadah yang berasal dari tuntunan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam itu.
           

Wirid Harian Mahasantri Darussunnah

 منظومة البيقوني
أبدأ بالحمد مصليا على * محمد خير نبي أرسلا
وذي من أقسام الحديث عده * وكل واحد أتى وحده
أولها الصحيح وهو ما اتصل * إسناده ولم يشذ أو يعل
يرويه عدل ضابط عن مثله * معتمد في ضبطه ونقله
والحسن المعروف طرقا وغدت * رجاله لا كالصحيح اشتهرت
وكل ما عن رتبة الحسن قصر * فهو الضعيف وهو أقساما كثر
وما أضيف للنبي المرفوع * وما لتابع هو المقطوع
والمسند المتصل الاسناد من * راويه حتى المصطفى ولم يبن
وما بسمع كل راو يتصل * إسناده للمصطفى فالمتصل

مسلسل قل ما على وصف أتى * مثل أما والله أنباني الفتى

Doa Tahfizh al-Qur'an

Doa ini diberikan oleh salah seorang guru penulis yang bernama Ust Rusydi Kinan Lc al-Haafizh sekitar 2 tahun yang lalu. Beliau mengaku telah mengamalkan doa dan ritual yang tersebut dalam hadist yang menjadi sumber pengambilan doa ini. Berikut nukilan doa yang dimaksud disertai dengan sumber rujukannya.

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم, بسم الله الرحمن الرحيم.
اللهم ارحمنا بترك المعاصي أبدا ما أبقيتنا وارحمنا من أن نتكلف ما لا يعنينا وأرزقنا حسن النظر فيما يرضيك عنا. اللهم يا بديع السماوات والأرض يا ذا الجلال والأكرام والعزة التي لا ترام نسألك يا الله يارحمن بجلالك ونور وجهك الكريم أن تلزم قلوبنا حب كتابك كما علمتنا وارزقنا أن نتلوه على النحو الذي يرضيك عنا. ونسألك أن تنور بالكتاب أبصارنا وتطلق به لساننا وتفرج به عن قلوبنا وتشرح به صدورنا وتستعمل به أبداننا وتقوينا على ذلك وتعيننا عليه فإنه لا يعيننا على الخير غيرك ولا يوفق له إلا أنت برحمتك يا أرحم الراحمين.

Kumpulan Doa Harian

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم, بسم الله الرحمن الرحيم.
الحمدلله رب العالمين حمدا شاكرين حمدا ناعمين حمدا يوافئ نعمه ويكافئ مزيده ياربنا لك الحمد كما ينبغي لجلال وجهك الكريم وعظيم سلطانك. ثم الصلاة والسلام علي أشرف الأنبياء والمرسلين وعلي اله وصحبه أجمعين. اللهم صل وسلم علي سيدنا محمد صلاة تنجينا بها من جميع الأهوال والأفات وتقضي لنا بها من جميع الحاجات وتطهرنا بها من جميع السيئات وترفعنا بها عندك أعلى الدرجات وتبلغنا بها أقصى الغايات من جميع  الخيرات في الحياة وبعد الممات. اللهم يا حي يا قيوم يا بديع السماوات والأرض يا مالك الملك يا ذا الجلال والإكرام.

Doa Mayat

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم, بسم الله الرحمن الرحيم.
الحمدلله رب العالمين حمدا شاكرين حمدا ناعمين حمدا يوافئ نعمه ويكافئ مزيده ياربنا لك الحمد كما ينبغي لجلال وجهك الكريم وعظيم سلطانك. ثم الصلاة والسلام علي أشرف الأنبياء والمرسلين وعلي اله وصحبه أجمعين. اللهم ربنا تقبل وأوصل مثل ثواب ما قرأناه من القرأن العظيم وما هللناه من كلمة لا إله إلا الله هدية واصلة ورحمة إلي سيدنا ومولانا محمد صلي الله عليه وسلم ثم إلي جميع أهل القبور من المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات خصوصا إلي أرواح أبائنا وأمهاتنا وجدنا وجداتنا ونخص خصوصا إلي من اجتمعنا ههنا بسببه ولأجله. 

Selayang Pandang Tentang A'bid al-Jabiri

A'bid al-Jabiri
Bagi mereka peminat kajian pemikiran tokoh, maka tidak akan asing lagi manakala dihadapkan dengan nama Muhammad A’bid al-Jabiri. Ya al-Jabiri, itulah sebutan akrabnya, seorang pemikir kenamaan asal Maghrib (sekarang Maroko) yang baru saja wafat pada tahun 2010 kemaren. Penulis buku Nahnu wa al-Turast itu adalah seorang tokoh yang unik dan mempunyai keistimewaan dari pemikir-pemikir dunia lainnya serupa Arkoun, Nashir Hamid, Hasan Hanafi dan lain-lain. Keistimewaan itu bisa difahami dari karya-karyanya yang mengutamakan pembacaan menyeluruh terhadap sebuah objek kajian sejarah (baca tradisi). Bukan sekedar kajian tematik yang rentan terjebak dengan problem subjektifitas ambiguitas yang akut lantaran menghilangkan kontinuitas historis sebuah peradaban.

Sejarah Singkat Ma'hadku Ma'had Darussunnah Jakarta

Cikal Bakal Pesantren Luhur Ilmu Hadist Darussunnah
Depan kampus putri Darsun
Pesantren Darus-Sunnah ini bermula dari pengajian yang hanya diikuti oleh tiga orang mahasiswa di ruang tamu rumah KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. Ketiga orang itu ialah Ali Nurdin (sekarang Pembantu Rektor III Perguruan Tinggi Ilmu al-Quran (PTIQ) Jakarta), Saifuddin (kini menjadi Penghulu di Brebes Jawa Tengah) dan Khairul Mannan (kini mengajar di Brunei Darussalam). Kegiatan ini berlangsung sejak tahun 1996. Melihat kepandaian ketiga mahasiswa tersebut, khusunya dalam bidang Hadis, sekelompok mahasiswa mulai berdatangan mengikuti pengajian tersebut, dan menyatakan minatnya untuk mengaji bersama. Keinginan mereka itupun akhirnya mendapat sambutan hangat, dan pada saat itu juga mereka secara resmi mengikuti pengajian.

Sejarah Singkat Fakultasku Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI)

Foto dari belakang kampus
Fakultas Dirasat Islamiyah sebelumnya dikenal dengan Program Khusus Al- Azhar yang lahir sebagai implementasi dari Kesepakatan kerjasama bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang telah ditandatangani pada tanggal 17 September 1999 di Jakarta , yang kemudian direvisi pada  29 Maret 2002. Meski Kesepakatan tersebut ditandatangani masing-masing oleh Rektor Universitas Al-Azhar Kairo, Prof. Dr. Ahmad Omar Hasyim dan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Azyumardi Azra, tapi Departemen Agama RI tetap ikut berperan aktif sebagai organisasi induk bagi lembaga pendidikan tinggi agama negeri.

Sejarah Singkat kampusku UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bagian depan kampus
Pada 1 Juni 2007 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merayakan "golden anniversary". Selama setengah abad, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah menjalankan mandatnya sebagai institusi pembelajaran dan transmisi ilmu pengetahuan, institusi riset yang mendukung proses pembangunan bangsa, dan sebagai institusi pengabdian masyarakat yang menyumbangkan program-program peningkatan kesejahteraan sosial. Selama setengah abad itu pula, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah melewati beberapa periode sejarah sehingga sekarang ini telah menjadi salah satu universitas Islam terkemuka di Indonesia. Secara singkat sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dibagi ke dalam beberapa periode, yaitu periode perintisan, periode fakultas IAIN al-Jami’ah, periode IAIN Syarif Hidayatullah, dan periode UIN Syarif Hidayatullah. 

Ulama-ulama Madzhab Syafi'i dari Abad ke Abad

No
Nama
Tahun Wafat
1
IMAM SYAFI'I RAHIMAHULLAH.
204 H.
2
AR-RABI'I BIN SULAIMAN AL-MURADI
270 H.
3
AL-BUWAITHI.
231 H.
4
AL-MUZANNY.
264 H.
5
HARMALAH AT-TAJIBI.
 243 H.
6
AZ-ZA'FARANI
260 H.
7
AL-KARABISI.
245 H.
8
AT-TUJIBI.
250 H.
9
MUHAMMAD BIN SYAFI'I.
240 H.
10
ISHAQ BIN RAHUYAH.
238 H.

Ngaji Posonan Kajen (Bagian 2)

Perjalanan menuju ke Kajen.
Setelah perencanaan matang, akhirnya rencana untuk ikut ngaji pasaran terealisasi juga. Penulis berangkat kesana dengan seorang teman yang bernama Ibnu Harist dengan sebuah bus Harianto dengan ongkos sekitar 140.000 rupiah. Dengan diantar oleh mobil pribadi keluarga Harist ke terminal bus Lebak Bulus, penulis awali perjalanan itu dengan menyimpan segudang rasa penasaran di hati. Semoga saja natinya penasaran yang penulis rasakan dapat terobati setelah mengikuti ngaji pasaran tersebut. Amien..!! Perjalanan ke Pati menghabiskan waktu kurang lebih 12 jam yaitu dari jam 5 sore sampai jam 5 subuh dengan melewati berbagai kota-kota besar di sepanjang daerah Jawa Tengah seperti Karawang, Cikampek, Subang, Indramayu, Cerebon, Glosari, Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, Kendal, Semarang, Waleri, Demak, dan Kudus, hingga akhirnya sampai di Kabupaten Pati tempat tujuan penulis.

Ngaji Posonan Kajen (Bagian 1)

Berawal dari rasa penasaran.         
Setelah membaca beberapa halaman buku “fiqih sosial” buah pikiran Kiai Sahal Mahfudz (seorang ulama yang berasal dari daerah Kajen, Kec. Margoyoso, Kab. Pati Jateng), penulis merasakan suatu nuansa yang berbeda dari biasanya. Yaitu adanya semangat baru untuk bisa meningkatkan dan merubah image pesantren yang selama ini dinilai oleh segelintir orang sebagai tempat orang-orang yang ortodok, tradisional, berfikiran sempit serta berwawasan dan pengetahuan sosial yang kurang memadai menjadi suatu tempat “produksi” para penggagas pembaharuan dan pemberi sumbangsih serta manfaat terhadap kemanusian sebagaimana yang telah dibuktikan oleh para ulama/kiai pada masa lalu. Sehingga pesantren sekarang tidak hanya dipahami sebagai suatu lembaga yang hanya berbicara mengenai kehidupan akhirat saja, tanpa mau tau dengan kondisi sosial masyarakat dan perubahan zaman yang ada disekelilingnya.

Pra Kuliah (bagian 5)

Mengikuti Test UIN tahun 2009
Beberapa hari setelah itu, penulis mengikuti test mandiri UIN bersama Hengki Ferdiansyah. Test itu tetap penulis ikuti mengingat penulis telah membayar uang pendaftaran beberapa minggu sebelumnya sebesar kurang lebih 200 ribu dengan pilihan prodi 1 Fakultas Dirasat Islamiyah dan prodi 2 jurusan Tafsir Hadist di Fakultas Ushuluddin. Walaupun telah positif ke Azhar tapi penulis tetap mengikuti ujian tersebut dengan serius dan berharap lulus dengan nilai yang memuaskan. Karena bagi penulis test apapun harus diikuti dengan serius walaupun nantinya penulis tidak mengambilnya. Hasilnyapun alhamdulillah menggembirakan, pas pada saat pengumuman kelulusan diposting di situs UIN, penulis dinyatakan lulus bersamaan dengan Hengki yang juga dinyatakan lulus pada test tersebut dan pada fakultas yang sama yaitu fakultas hasil promosi bg Ashfi, senior penulis tahun 2005 itu.hehe. Akan tetapi penulis tidak sempat mengikuti test masuk Pesantren Darussunnah, karena pada saat test tersebut berbarengan dengan jadwal kepulangan penulis ke kampung halaman kembali, dengan agenda menunggu berita keberangkatan dari pihak Kedubes dan sekaligus mempersiapkan bekal-bekal yang lain, kalau-kalau keberangkatan kami sesuai dengan jadwal yang telah diberitahukan oleh mediator yaitu buk Sri Sabbahatun pada bulan oktober yang akan datang. 

Pra Kuliah (bagian 4)

Hari Perjuangan Kembali Dimulai
Hari pemberangkatanpun tiba, beberapa orang dari keluarga dan tetangga penulis melepas keberangkatan penulis ke Jakarta. Mulai dari jama’ah mushalla Nurul Umum yang kebetulan menjadi lahan praktek ilmu penulis selama kurang lebih 7 tahun lamanya, kemudian nenek penulis, baik dari pihak bapak ataupun ibu dan keluarga-keluarga lainnya. Penulis sangat terharu dengan ceremonial pelepasan penulis waktu itu, seakan-akan bak seorang pejuang yang dilepas oleh anggota keluarganya untuk berjuang dijalanNya. Terharu, itulah kata-kata yang dapat penulis gambarkan saat itu, walaupun kalimat tersebut tidak bisa mewakili seluruh perasaan yang bercampur aduk memenuhi relung hati dan otak penulis. Akan tetapi semua penghargaan, sanjungan, dan sokongan dari seluruh keluarga dan masyarakat tersebut penulis jadikan saja sebagai sebuah tali pelicut semangat untuk nantinya bisa mempersembahkan suatu yang terbaik buat mereka semua. Aku ada lantaran kalian..!! Wujudkanlah cita-cita hamba ya Rabb..amien..!!

Pra Kuliah (bagian 3)

Bahagia yang bercampur Kesedihan         
Dibalik kebahagian kami yang sebagian besarnya dinyatakan lulus dalam ujian, terselip suatu kesedihan yang seakan mengurangi kemenangan pada hari itu. Apa gerangan yang terjadi..??, yaitu salah seorang teman kami yang telah menginspirasi kami untuk terus giat dan rajin belajar yang bernama Eka Saputra mendapat kenyataan yang berbeda dengan kami. Dia dinyatakan tidak lulus dalam ujian nasional yang diadakan kurang lebih satu bulan yang lalu itu. Walaupun dalam ujian pondok, dia lulus dengan nilai yang lumayan memuaskan. Ketidaklulusan Eka otomatis membuat kami tidak terlalu mengobral tawa akibat kebahagian kami, namun kami mencoba untuk menghiburnya sehingga kesedihan dan kebagian menjadi larut dalam campur baur kekompakan kami pada hari itu. Kami hanya bisa menyarankan kepada Eka untuk bersegera mendaftarkan diri untuk mengikuti ujian nasional paket C yang akan diadakan pada minggu depannya lagi setelah perayaan ijazah pondok dilaksanakan. Akhirnya dia bersedia mengikutinya dengan semangat yang alhamdulillah lumayan besar, sehingga kami yang membantupun juga tidak sia-sia.

Pra Kuliah (bagian 2)

Cerita Bahagia dari Seorang Teman
Dibalik kekecewaan teman-teman yang merasa dirugikan pada test hari pertama tersebut, ternyata tidak dengan seorang teman kami yang bernama Eka Saputra. Beliau adalah teman angkatan penulis yang kebetulan mengalami kebutaan semenjak berumur 4 bulan lantaran terserang penyakit campak yang telah merenggut penglihatannya. Namun dengan semangat yang tinggi dan cita-cita yang besar akhirnya Allah memberikan suatu keberuntungan kepada beliau. Pada saat mengikuti test pada hari pertama tersebut (kebetulan Eka ditemani oleh kawan penulis juga yang bernama Leo Surya Sarli), Eka mendapat keistimewaan dari para penguji yang kebetulan juga merangkap sebagai dosen-dosen al-Azhar itu. Ketika mengetahui bahwa Eka adalah seorang tunanetra, para penguji tersebut terlihat salut dan bangga dengan kondisi dan semangat seorang Eka. Meskipun dia tidak bisa melihat secara normal, akan tetapi dia mempunyai modal semangat dan keinginan yang tinggi untuk menuntut ilmu ke Al-Azhar Mesir. Suatu prestasi yang jarang dimiliki oleh orang lain yang senasib dengannya. Akhirnya lantaran hal itu, Eka tidak di test sebagaimana teman-teman yang lain, akan tetapi dia langsung dinyatakan lulus test setelah mengadakan sedikit irterview langsung dengan Syekh Yahya, Kedubes Mesir untuk Indonesia pada saat itu.

Pra Kuliah (bagian 1)

Diapit oleh Beberapa Pilihan
Al-Azhar Mesir, yaa itulah sebuah universitas yang pernah menjadi tujuan kuliah penulis sejak beberapa tahun yang lalu. Tepatnya semenjak penulis berada di kelas 4 tsanawiyyah (pondok penulis bernama MTI Canduang, masa pendidikan tingkat tsanawiyyahnya adalah 4 tahun, dan aliyahnya 3 tahun). Hal itu bermula lantaran ke”iri”an penulis kepada 5 orang senior yaitu Bg Syahidin Pekal, Bg Anton, Bg Busri, Bg Arif, dan Bg Benyamin yang pada waktu itu dinyatakan lulus mengikuti test yang diadakan oleh Depag pusat melalui beberapa perwakilannya di seluruh Indonesia. Salah satu tempat yang dijadikan pusat test/ujian waktu itu adalah kampus IAIN Imam Bonjol Padang, kurang lebih 86 kilo dari pondok penulis. Mereka berhak melanjutkan pendidikannya ke universitas tersebut melalui jalur non beasiswa. “Betapa senangnya mereka, bisa melanjutkan pendidikan ke negeri para nabi” cetus penulis polos dalam hati waktu itu. Tapi memang dalam kenyataannya al-Azhar merupakan sebuah universitas tertua yang ada di dunia, banyak imam-imam besar yang dikenal lantaran kedalaman ilmunya pernah berkuliah di universitas tersebut. Daya tarik lainya adalah lantaran universitas tersebut bertempat di daerah dimana para nabi banyak yang di”dinas”kan kesana. Ditambah lagi, penulis perhatikan tuah mereka yang berangkat kesana sangat tinggi dan direspon sangat positif oleh masyarakat, walau ada juga sebagiannya yang berpandangan negatif. Itulah sedikit informasi yang penulis dapatkan waktu itu.

Hikayat-hikayat Tentang Imam Sibawaihi



Kitab Tentang Sibawaihi
Siapa yang tidak kenal dengan sang ilmuwan Nahu yang satu ini. Namanya begitu harum dikalangan para ahli bahasa dan sangat familiar sebagai seorang yang ahli dalam ilmu tatabahasa Arab khususnya dalam Fan Ilmu Nahwu. Beliau mempunyai sejarah hidup yang sangat menakjubkan, terlebih dalam perjalanan intelektualnya menggeluti bidang gramatika arab itu. Beliau mempunyai guru yang bernama Imam Khalil bin Ahmad al-Farahidi, seorang yang sangat alim dalam bidang Nahu sekaligus pencipta ilmu A’ruud (ilmu timbangan syiir) yang populer itu. Imam Khalil juga dikenal sebagai pengarang kitab al-A’in, kitab/ kamus bahasa Arab pertama yang muncul di permukaan bumi. Sibawaihi berguru kepada Imam Khalil selama beberapa tahun lamanya bersama seorang teman seperguruannya yang bernama Asmu’i. Sibawaihi adalah seorang yang sangat jenius, terbukti dalam beberapa kesempatan beliau pernah berdebat sengit dengan gurunya dan tak jarang Imam Khalil dibuat kewalahan oleh muridnya yang satu itu.

Pengalaman Gharib di Hari Jum’at


-->
Ketika membaca hikayat-hikayat Abu Nawas yang lucu dan sangat kocak itu, mungkin kita akan berfikir bahwa apa yang pernah beliau alami hanya khusus terjadi pada diri beliau saja. Dan bahkan mungkin ada sebagian kita yang meragukan keotentikan sebagian kisah-kisah lucu yang dinisbatkan kepada tokoh sufi yang bernama lengkap Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami itu. Betapa banyak kisah-kisah yang sangat berkesan telah dilakoni oleh Abu Nawas semasa hidupnya. Sebagaimana yang diketahui Abu Nawas dilahirkan pada tahun 145 Hijriah di daerah Ahvaz, Persia dengan bapak yang berasal dari Arab dan ibunya yang merupakan pribumi Persia. Beliau hidup berbarengan dengan masa kekhalifahan Harun al-Rasyid, khalifah yang sangat terkenal dari Bani Abbasiyyah. Dan tak jarang kisah-kisah lucu yang beliau goreskan dalam kehidupannya dibayang-bayangi oleh ketegangan dan ketegasan dari khalifah.

Membaca Diri.

Kalau boleh bercermin kepada ulama-ulama dahulu, maka siapa yang tidak akan salut dengan kehebatan Imam Syafi’I yang mampu menguasai ilmu secara mendalam khususnya fiqh dan ushulnya, walau seumur hidup beliau dijangkiti penyakit ambaien dan gula batu yang tak kunjung sembuh hingga beliau wafat. Begitu juga dengan imam al-Ghazali yang mampu menguasai hampir seluruh bidang keilmuan, padahal beliau hanya berasal dari keluarga yang sangat miskin sekali. Tidak kalah dengan beliau Imam Suyuthi yang hampir setiap fan ilmu, tidak ada yang luput dari karangannya (selain ilmu hisap/hitung yang menjadi satu kelemahan beliau). Begitu juga halnya dengan imam Nawawi yang tidak menikah seumur hidupnya lantaran kecintaannya terhadap ilmu mengalahkan syahwatnya untuk menikah, bahkan seperti yang dibahasakan Pak Said Agil al-Munawwar dalam sebuah pidatonya tentang sosok Imam Nawawi “al-‘Ilmu baina fakhizaihi” ilmu ibarat (istri) baginya, yaitu berada diantara kedua pahanya.

Masjid Sebagai Basis Pengentas Kemiskinan

 (Nau'dzubillah min haadza al-haal)

Pada kesempatan kali ini kita akan berbicara mengenai 3 poin penting yang menjadi substansi dari judul yang saya kemukakan diatas yaitu Masjid, Kemiskinan, dan apa sebenarnya korelasi diantara keduanya. Sebagai ummat yang ber-dien-kan islam tentu kita sama-sama tahu bahwa masjid merupakan suatu tempat yang sacral dan suci bagi kita. Sebagai tempat yang suci sudah barang tentu masjid hendaknya kita fungsikan sebagaimana mestinya sesuai dengan apa yang Rasulullah SAW contohkan ketika beliau menata kehidupan ummat Kota Madinah antara kaum Muhajirin, Anshar, dan Yahudi Madinah. 

Profil Syaikhuna Syekh Sulaiman Ar-Rasuli

Pesan Terakhir Syeikh Sulaiman Ar-Rasuli :
 
"Teroeskan membina Tarbijah Islamijah sesoeai dengan peladjaran jang koeberikan..! Tjandoeng, 26 Djuli 1970, Sjech Soelaiman Ar-Rasoeli".   

Begitulah pesan terakhir ulama besar ini yang tertulis pada makamnya, di halaman pesantren salafiyah Madrasah Tarbiyah Islamiyah, Candung. Syeikh Sulaiman Ar-Rasuli al-Minangkabawi atau Inyiak Canduang -begitu ia dijuluki- lahir di desa Candung, sekitar 10 km sebelah timur kota Bukittinggi, Sumatera Barat, 1287 H/1871 M. Ia adalah seorang tokoh ulama dari golongan Kaum Tuo (golongan ulama yang tetap mengikuti salah satu dari empat mazhab fikih) yang gigih mempertahankan ajaran Ahl al-Sunnah dalam masalah akidah dan fikih. Ayahnya bernama Angku Mudo Muhammad Rasul, adalah seorang ulama yang disegani di daerahnya ketika itu. Sedangkan ibunya, Siti Buliah, seorang wanita yang taat beragama.

Pendidikan
Ia yang dikenal oleh para muridnya dengan nama Maulana Syeikh Sulaiman, memperoleh pendidikan awal sejak kecil; terutama pendidikan agama langsung dari ayahnya. Selanjutnya ia belajar di pesantren Tuanku Sami' Ilmiyah di desa Baso, tidak jauh dari desanya. Setelah itu ia belajar kepada Syeikh Muhammad Thaib Umar di daerah Sungayang. Pada masa itu masyarakat Minang masih menggunakan sistem pengajian surau atau sistem salafiyah sebagai sarana transfer pengetahuan keagamaan. Kemudian ia belajar dari Syeikh Muhammad Thaib Umar ini Inyiak Canduang melanjutkan belajar agama pada Syeikh Abdullah Halaban.

Ritual Penyelenggaraan Jenazah

Pekuburan
Tahab-tahab penyelenggaraan jenazah.
A.Mentalqinkan seseorang ketika sakaratul maut.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika kita melepas orang yang akan meninggal dunia diantaranya:
1. Orang yang sekarat itu hendaknya dihadapkan kearah kiblat. Berdasarkan hadist riwayat Hakim dan Baihaqi.
2. Menurut kata yang aujah” disunatkan mentalqinkan mayat ketika sakaratul maut” dengan ucapan ”Lailaillah” karena ada khabar dari dari Imam Muslim dan hadist shohih :

لقنوا موتاكم لا اله الا الله رواه مسلم و الاربعة من كان اخر كلامه لااله الا الله دخل الجنه

3. Membacakan surat yasin. Berdasarkan hadist riwayat Abu Daud dan Nasai’

Bait Pentahsin Makharijul Huruf

Bait-bait ini penulis dapatkan dari seorang ustadz, sewaktu mengikuti program MDA (Madrasah Diniyyah Awwaliyyah) Tabek Lumpuah, Kec. Baso kira-kira 10 tahun yang lalu. Ust Jarnaini, itulah nama ust yang sedikit gemuk namun berparas putih bersih yang suaranya sangat penulis kagumi tersebut. Diantara ilmu-ilmu yang pernah beliau ajarkan kepada penulis dan teman-teman adalah ilmu nagham al-Qur'an (seni baca Al-Qur'an), ilmu Tajwid, Tartil dan Mujawwad.

Mungkin menurut sebagian orang bait-bait itu tidak penting dan tidak begitu dibutuhkan dalam upaya pembelajaran Al-Qur'an. Termasuk penulis sendiri sewaktu mengikuti program MDA dahulu juga menganggap bahwa pelajaran yang seperti ini tidaklah penting untuk dihafal atau diapresiasi secara intens. Akan tetapi sekarang penulis baru menyadari bahwa semudah dan sekecil apapun ilmu yang disampaikan oleh seseorang serta apapun jenisnya, suatu saat nanti pasti dibutuhkan dan akan bermanfaat. Kalau tidak sekarang, mungkin 10 atau 20 tahun yang akan datang pasti bermanfaat. Tidak hanya buat diri sendiri, bahkan juga terhadap orang lain.

Resensi Buku Wacana Ideologi Negara Islam

Nama Buku                 : Wacana Ideologi Negara Islam.
Pengarang                   : Al-Chaidar.
Harga Buku                : 10.000 Rupiah.
           
Buku dengan judul Wacana Ideologi Negara Islam karangan Al-Chaidar[1] ini pada dasarkan sangat menarik untuk dibaca. Pengarangnya mencoba untuk mengilustrasikan wacana pembentukan negara Islam yang pada saat ini masih menjadi bahan sorotan serta menjadi ajang perdebatan antara mereka yang pro dengan wacana tersebut dengan mereka yang kontra. Perdebatan itu bergerak ibarat bola salju yang semakin lama semakin membesar tanpa adanya titik temu yang jelas antara keduanya. Bagi pihak yang mendukung mereka beralasan bahwa penegakan Negara Islam Indonesia merupakan suatu hal yang sangat mungkin sekali, bahkan sangat mudah mengingat mayoritas warga Negara Indonesia adalah beragama Islam.

Jadal Mengenai Haid dan Hal-hal yang Terkait dengannya.

Berikut ini adalah debat yang rada-rada ilmiah yang pernah penulis lakoni didunia maya facebook, bersama senior penulis angkatan 2005 yang icon facebooknya bernama Ashfi Raihan, Ust Asril Aziz (guru penulis sewaktu mondok di MTI Canduang dahulu), Zamzami Saleh (senior penulis angkatan 2008 yang sekarang tengah melanjutkan pendidikannya di Univ al-Azhar Mesir), dan Buya Najwan A.Shamad. Maksud dari diskusi ini tidak lain hanya untuk mendiskusikan persoalan haid yang terkadang diabaikan oleh sebagian besar umat Islam, khususnya kaum hawa. Jadi penulis sajikan dalam bentuk tanyajawab yang insyaAllah bermanfaat. Penulis serahkan kesimpulannya kepada para pembaca, untuk mengambil ataupun menolak pendapat-pendapat yang disampaikan dalam forum ini..!!!

Berawal dari sebuah status yang dibuat oleh Kakanda Ashfi Raihan di group MTI Canduang yang berbunyi “Assalaamu 'alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh. Mengapa dalam hadis itu wanita nifas dan haid tidak disyari'atkan mengqadha shalatnya setelah suci? 'Illatnya pun tidak dijelaskan...” kemudian dari stetement tersebut muncullah perdebatan seperti dibawah ini :

Benarkah term Islam belum populer diawal-awal perkembangannya.?

"Ternyata term “Islam” yang dikenal sebagai nama sebuah agama, baru populer pada abad-abad ke-2/3 hijriah, yaitu setelah wilayah kekuasaan Islam itu meluas ke daerah-daerah diluar Arab” begitu gumam seorang teman kepadaku. Mendengar pernyataan tersebut secara refleks akupun angkat bicara lalu bertanya mengenai apa maksud dari pernyataan yang baru saja dia lontarkan itu. Kemudian dia mengambil sebuah tafsir Al-Qur’an berbahasa Inggris karya Muhammad Asad, dan membacakan teks seperti dibawah ini :

“Furthermore, one must beware of rendering, in each and very case, the religious terms used in the Quran in the sense which they have acquired after islam had become “institutionalized” into a definite set of laws, tenets, and practices. However legitimate this “institutionalized” may be in the context of Islamic religious history, it is obvious that the Quran cannot be correctly understood if we read it merely in the light of later ideological developments” yang artinya :

Pentingnya Kesholehan Sosial

Saleh dalam tinjauan kebahasaan merupakan kata serapan yang diadobsi dari bahasa Arab “shalihun” yang berarti baik atau bagus. Ibnu Manzur menerangkan secara panjang lebar tentang ma’na kata shalihun tersebut dalam mu’jamnya Lisanul Arabi. Dalam perspektif agama Islam, saleh sering diterjemahkan sebagai suatu bentuk ketaatan dalam menjalankan perintah agama. Namun seiring berjalannya waktu kata itupun mengalami penyempitan ma’na, sehingga seolah-olah hanya dipahami sebagai ketaatan yang bersifat vertikal semata. Dalam arti kata orang saleh itu adalah mereka yang menjalankan ibadah yang sifatnya individual saja, seperti shalat, puasa, haji dan lain-lain.

Pengarang tafsir “Adhwaau al-Bayaan fii Idhoohi al-Qur’an bi al-Qur’an” menjelaskan ada tiga kriteria sebuah amalan bisa dikategorikan sebagai amalan saleh. Yaitu apabila amalan itu sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, dikerjakan niat ikhlas karena Allah, dan amalan tersebut berlandaskan akidah yang benar. Apabila ketiga syarat tersebut telah terpenuhi, maka secara otomatis orang yang mengerjakannya akan disebut sebagai orang shaleh dan pekerjaannyapun akan dianggap sebagai amalan yang saleh. Akan tetapi manakala salah satunya luput, maka amalan tersebut dianggap lagho dalam artian tidak terklasifikasi sebagai amalan sama sekali.

Dialog Agama dengan Kebudayaan

Islam bukan semata-mata diinu al-aqidah wa al-syari’ah. Disamping itu Islam juga diinu al-ilmi wa al-tsaqafah, diinu al-adab wa al-hadhorah, diinu al-taqaddum wa al-Madaniyyah. Inilah yang menyebabkan Islam bisa diterima ditempat manapun, termasuk di bumi Nusantara. Seandainya Islam hanya difahami sebagai diinu al-a’qidah wa al-syariah semata, niscaya tidak banyak manusia yang mau memeluk agama Islam ini”(Said Agil Siradj).

Kutipan diatas cukup menarik untuk dikaji dan dianalisis secara mendalam. Substansinya berkaitan erat dengan wacana yang pernah dilontarkan oleh Sidi Gazalba mengenai kebudayaan. Dia disinyalir pernah menyatakan bahwa Islam tak lebih dari hasil kebudayaan semata sebagaimana halnya seni dan sains. Tak pelak ide Sidi tersebut dikritik oleh Faisal Ismail dalam bukunya “Paradigma Kebudayaan Islam”. Sebaliknya, dia berasumsi perlunya umat Islam membedakan antara Islam dengan kebudayaan yang muncul darinya. Penyamaan keduanya akan berimplikasi terhadap lenyapnya kesakralan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW itu.

Reinterpretasi Nalar Fiqih Kontemporer

Dalam suatu wawancara khusus kru Jurnal Nuansa dengan Jamal al-Banna, seorang pemikir prolifik kontemporer Mesir yang juga merupakan adik kandungnya Hasan al-Banna pendiri Ikhwanul Muslimin, mengatakan bahwa fiqih dan ushul fiqh itu bernilai baru ketika keduanya muncul dan relevan dengan zaman, manakala fiqh tersebut tidak lagi bisa menkounter fenomena-fenomena yang ada, maka fiqh itu disebut kuno/ klasik. pernyataan ini pada dasarnya merupakan wacana yang telah lama muncul dalam percaturan pemikiran hukum Islam, baik di Timur Tengah ataupun di Indonesia. Terutama persoalan sejauh mana fiqh dan ushul fiqh klasik itu bisa dijadikan sebagai referensi dalam menjawab seluruh fenomena-fenomena sosial yang muncul belakangan ini.

Menguak Teologi Pembebasan Islam : Tinjauan Kritis atas Pemikiran Asghar Ali Engineer

Asghar Ali Engineer adalah seorang pemikir dan aktivis yang memimpin salah satu kelompok Syi’ah Ismai’liyah, Daudi Bohras (Guzare Daudi) di Bombay, India. Dalam sejarah pemikiran Islam modern, dia dikenal sebagai pencetus teologi pembebasan dan pioner utama bagi pembaharuan realitas sosial umat Islam. Dia menulis beberapa karya fenomenal yang bertemakan pembebasan diantaranya “Islam and Relevance to Our Age” yang kemudian diterjemahkan oleh Hairus Salim dan Imam Baihaqy dengan judul “Islam dan Pembebasan” dan telah dua kali naik cetak, yaitu pada November 1993 kemudian pada Mei 2007. Selain itu dia juga menulis buku “The Qur’an Women and Modern Society” yang dialihbahasakan oleh Agus Nuryatno dengan judul “Pembebasan Perempuan” yang juga telah 2 kali naik cetak, terakhir pada Agustus 2007. Dengan melihat beberapa karyanya tersebut, terlintas dalam benak kita sebuah pertanyaan apakah siginifikasi dari sebuah terma “Pembebasan” yang digulirkan oleh sosok Asghar di pelbagai karya-karyanya tersebut? Sejauh manakah batas-batas kebebasan yang dimaksud Asghar dan bagaimana relevansinya dengan doktrin Islam? Barangkali itulah sederet pertanyaan yang akan dijawab dalam tulisan yang sederhana ini.

Mendamaikan Kembali Hubungan Negara dengan Agama

Perdebatan panjang mengenai hubungan negara dengan agama sampai saat ini masih belum berakhir, bahkan menurut Azyumardi Azra seorang cendikiawan muslim terkemuka menuturkan bahwa perdebatan itu telah berlangsung hampir selama satu abad lebih. Tema ini terus saja diulang dan diulang sehingga menjadikannya sebagai isu klasik yang sangat populer akhir-akhir ini, terlebih semakin banyaknya organisasi-organisasi kemasyaratan yang berfaham radikal konservatif menyebarkan fahamnya dengan berbagai cara demi mendapatkan pengikut yang banyak. Contoh kongkrit dari hal itu adalah kasus yang terjadi baru-baru ini yaitu kasus “pencucian otak” yang dilakoni oleh beberapa oknum NII terhadap para korbannya, yaitu dengan cara mendoktrin mereka dengan ide-ide ataupun mempengaruhi pemahaman keagamaan mereka, sehingga pada akhirnya secara perlahan dan sukarela merekapun mau saja ikut dan bergabung dengan organisasi tersebut.

Bagaimana menyikapi perbedaan…??

Sudah menjadi sebuah sunnaatullah bahwa segala sesuatu yang ada dialam ini, Allah ciptakan dalam bentuk dan rupa yang beraneka ragam, beliau ciptakan langit dan beliau pasangkan ciptaan itu dengan bumi yang diantara keduanya terdapat perbedaan yang sangat jauh, bumi beliau hamparkan dengan segala isinya berupa manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan yang masing-masingnya juga memeliki perbedaan antar satu sama lain, seperti manusia yang mempunyai bentuk wajah dan postur tubuh yang berbeda-beda, ada yang tinggi dan ada yang rendah, ada yang gemuk dan ada yang kurus, serta dengan warna kulit yang juga bermacam-macam ada yang putih, ada yang hitam, hitam manis dan sebagainya. Begitu juga halnya dengan hewan dan tumbuh-tumbuhan yang tidak terhitung jumlah dan speciesnya. Tidak kalah dengan bumi, langitpun beliau hiasi dengan berbagai bintang dan benda langit lainnya seperti bulan, matahari, planet-planet dan lain sebagainya. Realita perbedaan itu Beliau patenkan dalam firmanNya dalam surat Al-Ruum ayat ke 22.

صاحب الكتابة

Foto saya
Bukittinggi, Agam, Indonesia
Seorang pelajar yang tengah berkontemplasi dalam pencarian jatidiri dan ilmu pengetahuan, walau hingga saat ini ilmu yang dia harapkan terasa masih dangkal dan jauh dari kesempurnaan. Dia lahir pada hari Kamis pagi, tanggal 22 Februari 1990 atau bertepatan dengan 26 Rajab 1410 Hijriah. Diberi nama dengan Yunal Isra bin Syamsul Bahri dan biasa dipanggil dengan sebutan Yunal/Isra/Inal. Pendidikan pertama yang pernah dijalaninya adalah Pendidikan TK pada tahun 1996, kemudian dilanjutkan ke SD 01 Baso dan tamat pada tahun 2002. Setelah itu memutuskan untuk fokus mendalami ilmu-ilmu keislaman di MTI Canduang dan tamat pada tahun 2009. Setahun kemudian ia meneruskan petualangan intelektualnya di program S1 Fakultas Dirasah Islamiyyah UIN Syarif Hidayatullah dan Darus-Sunnah International Institute For Hadith Sciences Jakarta. Berharap semoga bisa menjadi orang yang bermanfaat untuk manusia lain dan diredoi orang tua dan tuhannya, amien.! Fokus kajiannya sekarang "al-Muhaafazhah A'la al-Qadiimi al-Shaalih, wa al-Akhdzu bi al-Jadiidi al-Ashlah".

Terima kasih atas kunjungannya.........!!!!!!

نحمدك اللهم منزل الآيات تبصرة لأولى الألباب ورافع الدلالات عبرة لتزيل بها عن القلوب الحجاب ونشكرك شرعت الحلال والحرام وأنزلت الكتاب وجعلته هدى لكل خير يرام ونصلى ونسلم على سيدنا محمد المؤيد من الله بأجلى النيرات والساطع نوره في أفق الهداية بما يزيح الريب والمدلهمات وعلى آله خير آل وأصحابه ومن لهم مقتف أوموال