Sejarah Singkat Ma'hadku Ma'had Darussunnah Jakarta

Cikal Bakal Pesantren Luhur Ilmu Hadist Darussunnah
Depan kampus putri Darsun
Pesantren Darus-Sunnah ini bermula dari pengajian yang hanya diikuti oleh tiga orang mahasiswa di ruang tamu rumah KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. Ketiga orang itu ialah Ali Nurdin (sekarang Pembantu Rektor III Perguruan Tinggi Ilmu al-Quran (PTIQ) Jakarta), Saifuddin (kini menjadi Penghulu di Brebes Jawa Tengah) dan Khairul Mannan (kini mengajar di Brunei Darussalam). Kegiatan ini berlangsung sejak tahun 1996. Melihat kepandaian ketiga mahasiswa tersebut, khusunya dalam bidang Hadis, sekelompok mahasiswa mulai berdatangan mengikuti pengajian tersebut, dan menyatakan minatnya untuk mengaji bersama. Keinginan mereka itupun akhirnya mendapat sambutan hangat, dan pada saat itu juga mereka secara resmi mengikuti pengajian.

Sejarah Singkat Fakultasku Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI)

Foto dari belakang kampus
Fakultas Dirasat Islamiyah sebelumnya dikenal dengan Program Khusus Al- Azhar yang lahir sebagai implementasi dari Kesepakatan kerjasama bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang telah ditandatangani pada tanggal 17 September 1999 di Jakarta , yang kemudian direvisi pada  29 Maret 2002. Meski Kesepakatan tersebut ditandatangani masing-masing oleh Rektor Universitas Al-Azhar Kairo, Prof. Dr. Ahmad Omar Hasyim dan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Azyumardi Azra, tapi Departemen Agama RI tetap ikut berperan aktif sebagai organisasi induk bagi lembaga pendidikan tinggi agama negeri.

Sejarah Singkat kampusku UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bagian depan kampus
Pada 1 Juni 2007 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merayakan "golden anniversary". Selama setengah abad, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah menjalankan mandatnya sebagai institusi pembelajaran dan transmisi ilmu pengetahuan, institusi riset yang mendukung proses pembangunan bangsa, dan sebagai institusi pengabdian masyarakat yang menyumbangkan program-program peningkatan kesejahteraan sosial. Selama setengah abad itu pula, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah melewati beberapa periode sejarah sehingga sekarang ini telah menjadi salah satu universitas Islam terkemuka di Indonesia. Secara singkat sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dibagi ke dalam beberapa periode, yaitu periode perintisan, periode fakultas IAIN al-Jami’ah, periode IAIN Syarif Hidayatullah, dan periode UIN Syarif Hidayatullah. 

Ulama-ulama Madzhab Syafi'i dari Abad ke Abad

No
Nama
Tahun Wafat
1
IMAM SYAFI'I RAHIMAHULLAH.
204 H.
2
AR-RABI'I BIN SULAIMAN AL-MURADI
270 H.
3
AL-BUWAITHI.
231 H.
4
AL-MUZANNY.
264 H.
5
HARMALAH AT-TAJIBI.
 243 H.
6
AZ-ZA'FARANI
260 H.
7
AL-KARABISI.
245 H.
8
AT-TUJIBI.
250 H.
9
MUHAMMAD BIN SYAFI'I.
240 H.
10
ISHAQ BIN RAHUYAH.
238 H.

Ngaji Posonan Kajen (Bagian 2)

Perjalanan menuju ke Kajen.
Setelah perencanaan matang, akhirnya rencana untuk ikut ngaji pasaran terealisasi juga. Penulis berangkat kesana dengan seorang teman yang bernama Ibnu Harist dengan sebuah bus Harianto dengan ongkos sekitar 140.000 rupiah. Dengan diantar oleh mobil pribadi keluarga Harist ke terminal bus Lebak Bulus, penulis awali perjalanan itu dengan menyimpan segudang rasa penasaran di hati. Semoga saja natinya penasaran yang penulis rasakan dapat terobati setelah mengikuti ngaji pasaran tersebut. Amien..!! Perjalanan ke Pati menghabiskan waktu kurang lebih 12 jam yaitu dari jam 5 sore sampai jam 5 subuh dengan melewati berbagai kota-kota besar di sepanjang daerah Jawa Tengah seperti Karawang, Cikampek, Subang, Indramayu, Cerebon, Glosari, Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, Kendal, Semarang, Waleri, Demak, dan Kudus, hingga akhirnya sampai di Kabupaten Pati tempat tujuan penulis.

Ngaji Posonan Kajen (Bagian 1)

Berawal dari rasa penasaran.         
Setelah membaca beberapa halaman buku “fiqih sosial” buah pikiran Kiai Sahal Mahfudz (seorang ulama yang berasal dari daerah Kajen, Kec. Margoyoso, Kab. Pati Jateng), penulis merasakan suatu nuansa yang berbeda dari biasanya. Yaitu adanya semangat baru untuk bisa meningkatkan dan merubah image pesantren yang selama ini dinilai oleh segelintir orang sebagai tempat orang-orang yang ortodok, tradisional, berfikiran sempit serta berwawasan dan pengetahuan sosial yang kurang memadai menjadi suatu tempat “produksi” para penggagas pembaharuan dan pemberi sumbangsih serta manfaat terhadap kemanusian sebagaimana yang telah dibuktikan oleh para ulama/kiai pada masa lalu. Sehingga pesantren sekarang tidak hanya dipahami sebagai suatu lembaga yang hanya berbicara mengenai kehidupan akhirat saja, tanpa mau tau dengan kondisi sosial masyarakat dan perubahan zaman yang ada disekelilingnya.

Pra Kuliah (bagian 5)

Mengikuti Test UIN tahun 2009
Beberapa hari setelah itu, penulis mengikuti test mandiri UIN bersama Hengki Ferdiansyah. Test itu tetap penulis ikuti mengingat penulis telah membayar uang pendaftaran beberapa minggu sebelumnya sebesar kurang lebih 200 ribu dengan pilihan prodi 1 Fakultas Dirasat Islamiyah dan prodi 2 jurusan Tafsir Hadist di Fakultas Ushuluddin. Walaupun telah positif ke Azhar tapi penulis tetap mengikuti ujian tersebut dengan serius dan berharap lulus dengan nilai yang memuaskan. Karena bagi penulis test apapun harus diikuti dengan serius walaupun nantinya penulis tidak mengambilnya. Hasilnyapun alhamdulillah menggembirakan, pas pada saat pengumuman kelulusan diposting di situs UIN, penulis dinyatakan lulus bersamaan dengan Hengki yang juga dinyatakan lulus pada test tersebut dan pada fakultas yang sama yaitu fakultas hasil promosi bg Ashfi, senior penulis tahun 2005 itu.hehe. Akan tetapi penulis tidak sempat mengikuti test masuk Pesantren Darussunnah, karena pada saat test tersebut berbarengan dengan jadwal kepulangan penulis ke kampung halaman kembali, dengan agenda menunggu berita keberangkatan dari pihak Kedubes dan sekaligus mempersiapkan bekal-bekal yang lain, kalau-kalau keberangkatan kami sesuai dengan jadwal yang telah diberitahukan oleh mediator yaitu buk Sri Sabbahatun pada bulan oktober yang akan datang. 

Pra Kuliah (bagian 4)

Hari Perjuangan Kembali Dimulai
Hari pemberangkatanpun tiba, beberapa orang dari keluarga dan tetangga penulis melepas keberangkatan penulis ke Jakarta. Mulai dari jama’ah mushalla Nurul Umum yang kebetulan menjadi lahan praktek ilmu penulis selama kurang lebih 7 tahun lamanya, kemudian nenek penulis, baik dari pihak bapak ataupun ibu dan keluarga-keluarga lainnya. Penulis sangat terharu dengan ceremonial pelepasan penulis waktu itu, seakan-akan bak seorang pejuang yang dilepas oleh anggota keluarganya untuk berjuang dijalanNya. Terharu, itulah kata-kata yang dapat penulis gambarkan saat itu, walaupun kalimat tersebut tidak bisa mewakili seluruh perasaan yang bercampur aduk memenuhi relung hati dan otak penulis. Akan tetapi semua penghargaan, sanjungan, dan sokongan dari seluruh keluarga dan masyarakat tersebut penulis jadikan saja sebagai sebuah tali pelicut semangat untuk nantinya bisa mempersembahkan suatu yang terbaik buat mereka semua. Aku ada lantaran kalian..!! Wujudkanlah cita-cita hamba ya Rabb..amien..!!

Pra Kuliah (bagian 3)

Bahagia yang bercampur Kesedihan         
Dibalik kebahagian kami yang sebagian besarnya dinyatakan lulus dalam ujian, terselip suatu kesedihan yang seakan mengurangi kemenangan pada hari itu. Apa gerangan yang terjadi..??, yaitu salah seorang teman kami yang telah menginspirasi kami untuk terus giat dan rajin belajar yang bernama Eka Saputra mendapat kenyataan yang berbeda dengan kami. Dia dinyatakan tidak lulus dalam ujian nasional yang diadakan kurang lebih satu bulan yang lalu itu. Walaupun dalam ujian pondok, dia lulus dengan nilai yang lumayan memuaskan. Ketidaklulusan Eka otomatis membuat kami tidak terlalu mengobral tawa akibat kebahagian kami, namun kami mencoba untuk menghiburnya sehingga kesedihan dan kebagian menjadi larut dalam campur baur kekompakan kami pada hari itu. Kami hanya bisa menyarankan kepada Eka untuk bersegera mendaftarkan diri untuk mengikuti ujian nasional paket C yang akan diadakan pada minggu depannya lagi setelah perayaan ijazah pondok dilaksanakan. Akhirnya dia bersedia mengikutinya dengan semangat yang alhamdulillah lumayan besar, sehingga kami yang membantupun juga tidak sia-sia.

Pra Kuliah (bagian 2)

Cerita Bahagia dari Seorang Teman
Dibalik kekecewaan teman-teman yang merasa dirugikan pada test hari pertama tersebut, ternyata tidak dengan seorang teman kami yang bernama Eka Saputra. Beliau adalah teman angkatan penulis yang kebetulan mengalami kebutaan semenjak berumur 4 bulan lantaran terserang penyakit campak yang telah merenggut penglihatannya. Namun dengan semangat yang tinggi dan cita-cita yang besar akhirnya Allah memberikan suatu keberuntungan kepada beliau. Pada saat mengikuti test pada hari pertama tersebut (kebetulan Eka ditemani oleh kawan penulis juga yang bernama Leo Surya Sarli), Eka mendapat keistimewaan dari para penguji yang kebetulan juga merangkap sebagai dosen-dosen al-Azhar itu. Ketika mengetahui bahwa Eka adalah seorang tunanetra, para penguji tersebut terlihat salut dan bangga dengan kondisi dan semangat seorang Eka. Meskipun dia tidak bisa melihat secara normal, akan tetapi dia mempunyai modal semangat dan keinginan yang tinggi untuk menuntut ilmu ke Al-Azhar Mesir. Suatu prestasi yang jarang dimiliki oleh orang lain yang senasib dengannya. Akhirnya lantaran hal itu, Eka tidak di test sebagaimana teman-teman yang lain, akan tetapi dia langsung dinyatakan lulus test setelah mengadakan sedikit irterview langsung dengan Syekh Yahya, Kedubes Mesir untuk Indonesia pada saat itu.

Pra Kuliah (bagian 1)

Diapit oleh Beberapa Pilihan
Al-Azhar Mesir, yaa itulah sebuah universitas yang pernah menjadi tujuan kuliah penulis sejak beberapa tahun yang lalu. Tepatnya semenjak penulis berada di kelas 4 tsanawiyyah (pondok penulis bernama MTI Canduang, masa pendidikan tingkat tsanawiyyahnya adalah 4 tahun, dan aliyahnya 3 tahun). Hal itu bermula lantaran ke”iri”an penulis kepada 5 orang senior yaitu Bg Syahidin Pekal, Bg Anton, Bg Busri, Bg Arif, dan Bg Benyamin yang pada waktu itu dinyatakan lulus mengikuti test yang diadakan oleh Depag pusat melalui beberapa perwakilannya di seluruh Indonesia. Salah satu tempat yang dijadikan pusat test/ujian waktu itu adalah kampus IAIN Imam Bonjol Padang, kurang lebih 86 kilo dari pondok penulis. Mereka berhak melanjutkan pendidikannya ke universitas tersebut melalui jalur non beasiswa. “Betapa senangnya mereka, bisa melanjutkan pendidikan ke negeri para nabi” cetus penulis polos dalam hati waktu itu. Tapi memang dalam kenyataannya al-Azhar merupakan sebuah universitas tertua yang ada di dunia, banyak imam-imam besar yang dikenal lantaran kedalaman ilmunya pernah berkuliah di universitas tersebut. Daya tarik lainya adalah lantaran universitas tersebut bertempat di daerah dimana para nabi banyak yang di”dinas”kan kesana. Ditambah lagi, penulis perhatikan tuah mereka yang berangkat kesana sangat tinggi dan direspon sangat positif oleh masyarakat, walau ada juga sebagiannya yang berpandangan negatif. Itulah sedikit informasi yang penulis dapatkan waktu itu.

Hikayat-hikayat Tentang Imam Sibawaihi



Kitab Tentang Sibawaihi
Siapa yang tidak kenal dengan sang ilmuwan Nahu yang satu ini. Namanya begitu harum dikalangan para ahli bahasa dan sangat familiar sebagai seorang yang ahli dalam ilmu tatabahasa Arab khususnya dalam Fan Ilmu Nahwu. Beliau mempunyai sejarah hidup yang sangat menakjubkan, terlebih dalam perjalanan intelektualnya menggeluti bidang gramatika arab itu. Beliau mempunyai guru yang bernama Imam Khalil bin Ahmad al-Farahidi, seorang yang sangat alim dalam bidang Nahu sekaligus pencipta ilmu A’ruud (ilmu timbangan syiir) yang populer itu. Imam Khalil juga dikenal sebagai pengarang kitab al-A’in, kitab/ kamus bahasa Arab pertama yang muncul di permukaan bumi. Sibawaihi berguru kepada Imam Khalil selama beberapa tahun lamanya bersama seorang teman seperguruannya yang bernama Asmu’i. Sibawaihi adalah seorang yang sangat jenius, terbukti dalam beberapa kesempatan beliau pernah berdebat sengit dengan gurunya dan tak jarang Imam Khalil dibuat kewalahan oleh muridnya yang satu itu.

Pengalaman Gharib di Hari Jum’at


-->
Ketika membaca hikayat-hikayat Abu Nawas yang lucu dan sangat kocak itu, mungkin kita akan berfikir bahwa apa yang pernah beliau alami hanya khusus terjadi pada diri beliau saja. Dan bahkan mungkin ada sebagian kita yang meragukan keotentikan sebagian kisah-kisah lucu yang dinisbatkan kepada tokoh sufi yang bernama lengkap Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami itu. Betapa banyak kisah-kisah yang sangat berkesan telah dilakoni oleh Abu Nawas semasa hidupnya. Sebagaimana yang diketahui Abu Nawas dilahirkan pada tahun 145 Hijriah di daerah Ahvaz, Persia dengan bapak yang berasal dari Arab dan ibunya yang merupakan pribumi Persia. Beliau hidup berbarengan dengan masa kekhalifahan Harun al-Rasyid, khalifah yang sangat terkenal dari Bani Abbasiyyah. Dan tak jarang kisah-kisah lucu yang beliau goreskan dalam kehidupannya dibayang-bayangi oleh ketegangan dan ketegasan dari khalifah.

Membaca Diri.

Kalau boleh bercermin kepada ulama-ulama dahulu, maka siapa yang tidak akan salut dengan kehebatan Imam Syafi’I yang mampu menguasai ilmu secara mendalam khususnya fiqh dan ushulnya, walau seumur hidup beliau dijangkiti penyakit ambaien dan gula batu yang tak kunjung sembuh hingga beliau wafat. Begitu juga dengan imam al-Ghazali yang mampu menguasai hampir seluruh bidang keilmuan, padahal beliau hanya berasal dari keluarga yang sangat miskin sekali. Tidak kalah dengan beliau Imam Suyuthi yang hampir setiap fan ilmu, tidak ada yang luput dari karangannya (selain ilmu hisap/hitung yang menjadi satu kelemahan beliau). Begitu juga halnya dengan imam Nawawi yang tidak menikah seumur hidupnya lantaran kecintaannya terhadap ilmu mengalahkan syahwatnya untuk menikah, bahkan seperti yang dibahasakan Pak Said Agil al-Munawwar dalam sebuah pidatonya tentang sosok Imam Nawawi “al-‘Ilmu baina fakhizaihi” ilmu ibarat (istri) baginya, yaitu berada diantara kedua pahanya.

صاحب الكتابة

Foto saya
Bukittinggi, Agam, Indonesia
Seorang pelajar yang tengah berkontemplasi dalam pencarian jatidiri dan ilmu pengetahuan, walau hingga saat ini ilmu yang dia harapkan terasa masih dangkal dan jauh dari kesempurnaan. Dia lahir pada hari Kamis pagi, tanggal 22 Februari 1990 atau bertepatan dengan 26 Rajab 1410 Hijriah. Diberi nama dengan Yunal Isra bin Syamsul Bahri dan biasa dipanggil dengan sebutan Yunal/Isra/Inal. Pendidikan pertama yang pernah dijalaninya adalah Pendidikan TK pada tahun 1996, kemudian dilanjutkan ke SD 01 Baso dan tamat pada tahun 2002. Setelah itu memutuskan untuk fokus mendalami ilmu-ilmu keislaman di MTI Canduang dan tamat pada tahun 2009. Setahun kemudian ia meneruskan petualangan intelektualnya di program S1 Fakultas Dirasah Islamiyyah UIN Syarif Hidayatullah dan Darus-Sunnah International Institute For Hadith Sciences Jakarta. Berharap semoga bisa menjadi orang yang bermanfaat untuk manusia lain dan diredoi orang tua dan tuhannya, amien.! Fokus kajiannya sekarang "al-Muhaafazhah A'la al-Qadiimi al-Shaalih, wa al-Akhdzu bi al-Jadiidi al-Ashlah".

Terima kasih atas kunjungannya.........!!!!!!

نحمدك اللهم منزل الآيات تبصرة لأولى الألباب ورافع الدلالات عبرة لتزيل بها عن القلوب الحجاب ونشكرك شرعت الحلال والحرام وأنزلت الكتاب وجعلته هدى لكل خير يرام ونصلى ونسلم على سيدنا محمد المؤيد من الله بأجلى النيرات والساطع نوره في أفق الهداية بما يزيح الريب والمدلهمات وعلى آله خير آل وأصحابه ومن لهم مقتف أوموال