Apakah Mungkin Umat Ini Disatukan Dalam Satu Corak Pemikiran.?

Kalau diperhatikan selintas, apa yang dilakukan oleh setiap aliran dalam Islam ataupun dalam kelompok sosial manapun dalam “dakwah” mereka hanyalah ingin mengajak semua orang untuk berbuat seperti yang mereka lakukan. Mereka ingin semua orang mempunyai pola pikir keagamaan yang sama dan seragam dengan mereka. Sehingga di dunia ini, tidak ada seorangpun yang mengatakan dirinya muslim kecuali mereka beramal dan berpikir seperti apa yang mereka amalkan dan pikirkan.

Perbedaannya hanyalah sebagian golongan itu ada yang memaksakan pendapatnya diterima oleh orang lain, ada yang ingin menyampaikan gagasan agar diakui eksistensi atau keberadaannya, dan ada juga yang hanya ingin dipahami dan dihargai pendapatnya. Bagi mereka yang ingin memaksakan, selalu berusaha agar bagaimana semua pendapat keagamaan itu hanyalah dari pendapat mereka semata. Sementara pendapat yang berbeda dengan mereka dianggap salah dan keliru.

Sementara itu, golongan yang menyampaikan gagasan hanya untuk memperlihatkan eksistensinya biasanya tidak terlalu peduli apakah orang lain mengikuti pendapat mereka atau tidak. Hal yang terpenting bagi mereka hanyalah orang atau kelompok lain mengakui kalau mereka ada dan berwujud. Mereka juga tidak terlalu reaktif terhadap kritikan ataupun cemoohan dari kelompok lain yang berseberangan, karena sekali lagi, yang mereka utamakan hanyalah pengakuan akan ke-ada-an mereka saja.
Sedangkan golongan yang hanya ingin dipahami dan dihargai pendapatnya biasanya agak sedikit reaktif dan cenderung mempertahankan ideloginya saat kelompok lain meremehkan ataupun menyalahkan mereka. Kelompok yang ketiga ini pada dasarnya bersifat kooperatif, namun jika keyakinan serta bangunan pemikiran mereka selalu dikritik atau bahkan dijelek-jelekkan oleh golongan lainnya, maka tidak tertutup kemungkinan sikap memaksakan pendapat juga bisa terjadi dari sebagian mereka.
Ketiga tipologi komunitas tersebut merupakan suatu realitas atau fakta sosial yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya. Namun kalau boleh memilih, di antara ketiga kelompok sosial yang kami sebutkan di atas, maka kelompok sosial dengan kecenderungan pertamalah yang terkadang membuat resah kelompok lain, di mana mereka tidak hanya ingin memperlihatkan eksistensinya, namun juga memaksakannya agar diterima dan dijalankan oleh kelompok-kelompok sosial lainnya.
Soerjono Soekanto, seorang analis sosiologi, mensinyalir bahwa pada dasarnya sikap seperti itu merupakan naluri alamiah manusia. Ia menyebutnya dengan istilah etnosentrisme, yaitu suatu sikap untuk menilai unsur-unsur pemikiran atau budaya orang lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran pemikiran dan kebudayaan sendiri. Efeknya adalah mereka menganggap hanya merekalah kelompok sosial terbaik, sedangkan yang lain berada di bawah mereka semua.
Soerjono Soekanto juga menegaskan bahwa sikap tersebut erat kaitannya dengan struktur keyakinan yang terpatri di dalam diri dan jiwa suatu kelompok, sehingga terkadang susah sekali bagi golongan yang bersangkutan untuk mengubahnya sekalipun mereka menyadari bahwa sikapnya adalah keliru. Sikap ini semakin nyata ketika kecenderungan manusia untuk memperkuat rasa in-groupnya lebih dominan daripada menjalin hubungan baik dengan orang out-groupnya.
“Konflik” tersebut sebenarnya, secara sosiologis, bisa saja dikurangi ataupun bahkan dihapuskan sama sekali dengan melakukan sebuah rekayasa sosial berupa mencarikan “kambing hitam” (scapegoating) yang menyebabkan munculnya perbedaan atau berusaha untuk mencari titik temu dalam menghadapi musuh bersama dari luar. Namun entah kenapa, usaha-usaha sosiologis seperti ini seolah-olah tidak berbekas terhadap sikap dan kebersamaan umat Islam hari ini.
Lantas pertanyaannya sekarang adalah rekayasa sosial apalagi yang mungkin dilakukan untuk menyadarkan masing-masing kelompok akan arti penting kelompok lain.? Apakah mungkin kita menjadikan seluruh kelompok berpikiran sama dengan kita padahal kita berasal dari berbagai rumpun dan corak pemikiran yang berbeda-beda.? Bagaimana mungkin suatu kelompok dengan rasa etnosentrismenya sendiri meyakini kalau merekalah kelompok terbaik sementara yang lain buruk.?
Saya hanya ingin menutup refleksi pendek ini dengan sebuah firman Allah Swt yang terdapat dalam Surah Al-Maidah ayat ke-48, di mana Allah berkata, “Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikannya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan.!” Semoga “penyakit” yang bersumber dari keyakinan, juga bisa diobati dengan keyakinan juga. Wallahu A’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon kritik dan sarannya.!

صاحب الكتابة

Foto saya
Bukittinggi, Agam, Indonesia
Seorang pelajar yang tengah berkontemplasi dalam pencarian jatidiri dan ilmu pengetahuan, walau hingga saat ini ilmu yang dia harapkan terasa masih dangkal dan jauh dari kesempurnaan. Dia lahir pada hari Kamis pagi, tanggal 22 Februari 1990 atau bertepatan dengan 26 Rajab 1410 Hijriah. Diberi nama dengan Yunal Isra bin Syamsul Bahri dan biasa dipanggil dengan sebutan Yunal/Isra/Inal. Pendidikan pertama yang pernah dijalaninya adalah Pendidikan TK pada tahun 1996, kemudian dilanjutkan ke SD 01 Baso dan tamat pada tahun 2002. Setelah itu memutuskan untuk fokus mendalami ilmu-ilmu keislaman di MTI Canduang dan tamat pada tahun 2009. Setahun kemudian ia meneruskan petualangan intelektualnya di program S1 Fakultas Dirasah Islamiyyah UIN Syarif Hidayatullah dan Darus-Sunnah International Institute For Hadith Sciences Jakarta. Berharap semoga bisa menjadi orang yang bermanfaat untuk manusia lain dan diredoi orang tua dan tuhannya, amien.! Fokus kajiannya sekarang "al-Muhaafazhah A'la al-Qadiimi al-Shaalih, wa al-Akhdzu bi al-Jadiidi al-Ashlah".

Terima kasih atas kunjungannya.........!!!!!!

نحمدك اللهم منزل الآيات تبصرة لأولى الألباب ورافع الدلالات عبرة لتزيل بها عن القلوب الحجاب ونشكرك شرعت الحلال والحرام وأنزلت الكتاب وجعلته هدى لكل خير يرام ونصلى ونسلم على سيدنا محمد المؤيد من الله بأجلى النيرات والساطع نوره في أفق الهداية بما يزيح الريب والمدلهمات وعلى آله خير آل وأصحابه ومن لهم مقتف أوموال